STEREOKIMIA
KONFIGURASI MUTLAK DAN RELATIF
Bagaimanakah cara menandai konfigurasi di suatu pusat
kiral?
Terdapat beberapa cara untuk menandai konfigurasi di
suatu pusat kiral, yaitu konfigurasi absolut dan konfigurasi relatif. Konfigurasi
absolut ditentukan berdasarkan struktur penataan ruang gugus-gugus di seputar
karbon kiral sesungguhnya.
Konfigurasi relatif muncul sebelum struktur penataan
ruang gugus-gugus di seputar karbon kiral sesungguhnya diketahui. Karena belum
diketahui itulah, konfigurasi ditentukan dengan cara membandingkan dengan suatu
standar, jadi disebut konfigurasi relatif. Cara penentuan konfigurasi absolut
dikemukakan oleh tiga orang ahli kimia yaitu R.S. Chan (Inggris), C.K. Ingold
(Inggris) dan V. Pulog (Swis).
Cara penamaan/penentuan konfigurasi absolut yang
mereka kemukakan dikenal dengan sistem R/S atau sistem Chan-Ingold-Pulog(CIP). Huruf
R dan S merupakan singkatan kata berasal dari bahasa Latin, yaitu R = rectus,
artinya kanan dan S= sinister, artinya kiri. Dalam menentukan konfigurasi
absolut sistem R/S ini, Chan-Ingold-Pulog menetapkan gugus-gugus yang terikat
pada suatu pusat kiral dengan prioritas berbeda-beda. Cara penentuan prioritas
untuk atom/gugus yang terikat pada pusat kiral adalah serupadengan urutan
prioritas gugus untuk menentukan isomeri E-Z.
Perhatikan struktur 2-butanol di bawah ini. Apakah
konfigurasi pada pusat kiral molekul 2-butanol di bawah ini ?
Atom/gugus yang terikat pada C kiral adalah OH, CH3, C2H5
dan H.Urutan prioritas atom/gugus tersebut sesuai aturan penentuan prioritas adalah
OH > C2H5> CH3> H. Gugus C2H5 berprioritas lebih tinggi dari CH3 karena
atom atom setelah C pada gugus C2H5 adalah C,H,H yang mempuyai jumlah nomor
atom lebih tinggi dariH,H,H pada CH3.
Karena gugus yang mempunyai prioritas paling rendah(yaitu
H)sudah terletak di belakang, maka dapat langsung digambarkan anak panah dari
gugus berprioritas paling tinggi( prioritas nomor 1), yaitu OH ke gugus
berprioritas lebih tinggi berikutnya (prioritas nomor 2), yaitu C2H5, dan terakhir
ke gugus CH3.
Perhatikan arah anak panah berlawanan dengan arahjarum
jam. Oleh karena itu, konfigurasi struktur tersebut adalah S, lengkapnya
ditulis S-2-butanol. Coba untuk berlatih lagi menentukan konfigurasi senyawa
kiral berikut, kali ini gugus berprioritas terendah belum berada di belakang.
Untuk itu perhatikan
Cara penentuan konfigurasi absolut Bagaimanakah arah
perputaran bidang cahaya terpolarisasi senyawa yang mempunyai konfigurasi R
atau S? Apakah ke kiri atau ke kanan ? Penting untuk diingat bahwa konfigurasi absolut
R atau S tidak ada hubungannya dengan arah perputaran bidang cahaya
terpolarisasi.
Konfigurasi absolut R atau S tidak ditentukan dari
percobaan dengan polarimeter, tetapi ditetapkan berdasarkan strukturnya. Dengan
demikian, senyawa kiral yang berkonfigurasi R dapat memutar bidang cahaya terpolarisasi
ke kanan atau ke kiri, tergantung hasil percobaannya, begitu pula dengan
senyawa kiral yang berkonfigurasi S.Sebagai contoh, senyawa karvona dengan
konfigurasi S memutar bidang cahaya terpolarisasi ke kanan (+ atau d), sehingga
ditulis S-(+)-karvona. Contoh lain adalah senyawa 2-metil-1-butanol yang memutar
bidang cahaya terpolarisasi ke kanan ternyata mempunyai konfigurasi R, sehingga
ditulis R-(+)-2-metil-1-butanol.
PEMISAHAN SUATU CAMPURAN RASEMIK
Campuran rasemik artinya
suatu campuran yang mengandung sepasang enantiomer dalam jumlah yang sama. Lalu
bagaimana caranya memperoleh suatu enantiomer dengan enantiomeric excess (EE)
yang tinggi? Enantiomeric excess artinya persentase suatu enantiomer yang
berkonfigurasi R dikurangi persentase enantiomer pasangannya yang
berkonfigurasi S dalam suatu campuran atau sebaliknya. Sebelum menjawab
pertanyaan tersebut, harus diingat dua prinsip dasar isomer optik yaitu:
- Sepasang enantiomer memiliki sifat-sifat fisika
(titik didih, kelarutan, dan lain-lain) yang sama tetapi berbeda dalam
arah rotasi polarimeter dan interaksi dengan zat kiral lainnya.
- Sepasang diastereoisomer memiliki sifat-sifat
fisika dan sudut rotasi polarimeter yang berbeda satu sama lain. Bahkan
sering dalam bereaksi mengambil cara yang berlainan. Artinya kita bisa
memisahkan campuran dua diastereoisomer dengan cara-cara fisika
(destilasi, kristalisasi, dan lain-lain). Akan tetapi tidak bisa
memisahkan campuran dua enantiomer dengan cara-cara fisika, karena
sepasang enantiomer memiliki properti fisika yang sama. Kesimpulannya,
kita dapat dengan mudah memisahkan campuran dua diastereoisomer, tapi akan
kesulitan memisahkan campuran dua enantiomer.
Lalu bagaimana
memperoleh suatu enantiomer dengan ee yang tinggi? Louis Pasteur dikisahkan
pernah memisahkan dua enantiomer Natrium Amoium Tartarat menggunakan pinset.
Hal ini dapat terjadi karena dua enantiomer itu mengkristal secara terpisah.
Cara ini sering disebut cara resolusi. Cara ini kurang efektif karena tidak
semua enantiomer mengkristal secara terpisah.
Jadi resolusi tidak
dapat dianggap sebagai teknik yang umum. Cara lain yang sering ditempuh para
ahli kimia adalah rute biokimia dengan memakai enzim atau mikroorganisme untuk
memproduksi enantiomer murni. Sebagai contoh (R)-Nikotina dapat diperoleh
dengan cara menginkubasi campuran rasemik (R)-Nikotina dan (S)-Nikotina dalam
wadah berisi bakteri Pseudomonas putida. Bakteri tersebut hanya akan
mengoksidasi (S)-Nikotina, sedangkan (R)-Nikotina akan tersisa dalam wadah
tersebut. Beberapa produk lain dari rute biokimia yaitu Monosodium L-Glutamat,
L-Lysine dan L-Mentol. Sistem tata nama D dan L dinamakan konfigurasi relatif.
Sistem ini sering dipergunakan dalam penamaan asam amino dan karbohidrat.
Sayangnya tidak semua
enantiomer dapat diproduksi dengan ee yang tinggi melalui rute biokimia ini.
Hal ini dikarenakan kespesifikan enzim dan mikroorganisme. Sebagai contoh
bakteri Pseudomonas putida belum tentu dapat digunakan untuk memisahkan
(+)-Mentol dengan (-)-Mentol.
Para ahli kimia organik
seperti Ryoji Noyori dan William S. Knowles tidak kehilangan akal dalam
menyelesaikan permasalahan ini. William S. Knowles berhasil mensintesis senyawa
yang disebut (R,R)-DiPAMP (Gambar 2.). Ia menggunakan (R,R)-DiPAMP sebagai
ligan untuk membentuk senyawa kompleks dengan logam Rh. Senyawa kompleks ini
sangat bermanfaat dalam proses hidrogenasi asimetrik gugus enamida. Dengan
senyawa kompleks ini, ia berhasil mensintesis L-DOPA yang sangat berguna dalam
terapi penyakit Parkinson dengan kemurnian 95 persen ee.
Selain L-DOPA, senyawa
kompleks ini juga sering dipergunakan untuk mensintesis asam? alfa-amino dengan
ee yang tinggi, contoh L-Phenilalanin, L-Trytophan, L-Alanin, L-Lysin, dan
lain-lain, kecuali asam aspartat karena memiliki dua gugus karboksilat yang
berdekatan.
Di lain pihak, Ryoji
Noyori menyintesis senyawa yang diberi nama BINAP (Gambar 3.). Ia mempergunakan
BINAP sebagai salah satu ligan untuk membentuk senyawa kompleks dengan logam
Ru. Senyawa kompleks ini sangat fleksibel, karena dapat digunakan untuk
hidrogenasi asimetrik alkena, dan reduksi keton secara enantioselective. Sebenarnya
proses reduksi keton secara enantioselective bukanlah hal baru, tetapi
penggunaan logam transisi sebagai katalis untuk proses reduksi keton biasanya
sulit dan tidak bersifat enantioselective. Enantioselective artinya suatu
reaksi yang menghasilkan dua enantiomer, di mana salah satu enantiomer
dihasilkan dalam jumlah yang lebih banyak dibandingkan dengan enantiomer
pasangannya.
Khusus untuk reduksi
keton, Ryoji Noyori mensintesis (S)-BINAP/(S)-diamine Ru(II) catalyst. Dengan
senyawa kompleks ini sudah banyak diproduksi obat-obat kiral dengan biaya
produksi yang rendah dan kemurnian yang tinggi. Sebagai contoh L-DOPS,
Levofloxacin, Neobenodine, Fosfomycin, Fluoxetine hydrochloride, Naproxen, dan
lain-lain. Sebagai catatan L-DOPS adalah prekursor dari Norepinephrine.
Norepinephrine adalah neurotransmitter untuk mengirim sinyal ke jantung dan
pembuluh darah.
Kedua penemuan ini telah
membuka cakrawala baru dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut laporan,
sampai tahun 2000, penjualan obat kiral dalam bentuk enantiomer murni di dunia
telah mencapai 123 miliar dolar AS. Tidak tertutup kemungkinan terwujudnya
penemuan-penemuan baru, bahkan mungkin saja bangsa Indonesia yang akan
melakukan terobosan-terobosan baru tersebut. Ingat, kisah ini belum berakhir,
karena ilmu pengetahuan tidak pernah mati. Akhir kata, maju terus ilmu
pengetahuan Indonesia.