ORBITAL DAN
PERANANNYA DALAM IKATAN KOVALEN
A.
SIFAT
GELOMBANG
De Broglie kemudian
mencocokkan elektron pada persamaan momentum dan panjang gelombang foton buatan
Einstein. Hasilnya h=pλ. λ (panjang gelombang) ini ternyata tidak berlaku pada
elektron dan gelombang saja, tapi pada seluruh benda di alam semesta. De
Broglie tidak sembarangan dalam menyusun teorinya ini, dia mendasarkannya pada
Teori Relativitas Khusus Einstein.
Dengan teorinya ini,
De Broglie berhasil memecahkan semua kebimbangan dalam fisika modern,
kebingungan antara sifat gelombang dan sifat partikel benda. Dengan teori De
Broglie ini, dia berhasil menjelaskan dualisme sifat cahaya. Cahaya memiliki
sifat partikel, tapi cahaya juga memiliki sifat gelombang. Lebih jauh lagi,
elektron juga demikian. Elektron punya sifat partikel, dan mungkin elektron
juga punya sifat gelombang.
Tapi
waktu itu teori De Broglie dianggap lalu begitu saja, karena tidak ada
percobaan yang bisa membuktikannya. Barulah tiga tahun setelahnya, tahun 1927,
teori De Broglie terbukti kebenarannya lewat percobaan. Dua orang fisikawan
Amerika, Clinton Joseph Davisson (1881-1958) dan Lester Herbert Germer
(1896-1971) membuktikan teori itu dengan percobaan lempengan nikel.
B.
ORBITAL
IKATAN DAN ANTI IKATAN
Teori orbital molekul adalah teori yang menjelaskan ikatan kimia melalui
diagram orbital molekul. Sifat magnet dan sifat-sifat molekul dapat dengan mudah
dijelaskan dengan menggunakan pendekatan mekanika kuantum lain yang disebut
dengan teori orbital molekul. Salah satu contohnya teori orbital molekul dapat
menjelaskan sifat paramagnetismedari molekul O₂ sesuai
hasil percobaan, bahwa oksigen bersifat paramagnetik dengan dua elektron tidak
berpasangan dan bukan diamagnetik seperti yang dijelaskan dengan menggunakan
teori ikatan valensi. Temuan ini membuktikan adanya kekurangan mendasar dalam
teori ikatan valensi. Teori orbital molekul menggambarkan ikatan kovalen
melalui istilah orbital molekul yang dihasilkan dari interaksi orbital orbital
atom dari atom yang berikatan dengan molekul secara keseluruhan. Seperti halnya
untuk menjelaskan sifat-sifat ion kompleks, teori orbital molekul juga dapat
dijadikan pendekatan yang baik karena teori orbital molekul dapat menjelaskan
fakta bahwa ikatan anatara ion logam dan ligan bukan hanya merupakan ikatan ion
yang murni tetapi juga terdapat ikatan kovalen pada ion atau senyawa kompleks.
Perkembangan teori orbital molekul pada mulanya dipelopori oleh Robert Sanderson Mulliken dan Friedrich Hund pada tahun 1928.
Menurut
teori orbital molekul, orbital molekul dihasilkan dari interaksi antara dua
atau lebih orbital atom. Terjadinya tumpang tidih suatu orbital mengarah pada
pembentukan dua orbital atom : satu orbital molekul ikatan dan satu
orbital molekul antiikatan. Orbital molekul ikatan (bonding molecular orbital)
memiliki energi yang lebih rendah dan kestabilan yang lebih besar dibandingkan
dengan orbital atom pembentuknya. Orbital molekul antiikatan (antibonding
molecular orbital) memiliki energi yang lebih tinggi dan kestabilan yang lebih
rendah dibandingkan dengan orbital-orbital atom pembentuknya.
C.
ORBITAL
HIBRIDA KARBON
Dalam kimia , hibridisasi adalah sebuah konsep bersatunya orbital-orbital atom membentuk orbital hibrid yang baru yang sesuai dengan penjelasan
kualitatif sifat ikatan atom. Konsep orbital-orbital yang terhibridisasi
sangatlah berguna dalam menjelaskan bentuk orbital molekul dari sebuahmolekul. Konsep ini adalah bagian tak terpisahkan dari teori ikatan valensi. Walaupun kadang-kadang diajarkan bersamaan
dengan teori VSEPR, teori ikatan valensi dan hibridisasi sebenarnya tidak ada
hubungannya sama sekali dengan teori VSEPR.
Hibrid sp3
Hibridisasi
menjelaskan atom-atom yang berikatan dari sudut pandang sebuah atom. Untuk
sebuah karbon yang berkoordinasi secara tetrahedal (seperti metana, CH4),
maka karbon haruslah memiliki orbital-orbital yang memiliki simetri yang tepat
dengan 4 atom hidrogen. Konfigurasi keadaan dasar karbon
adalah 1s2 2s2 2px1 2py1 atau
lebih mudah dilihat:
(Perhatikan
bahwa orbital 1s memiliki energi lebih rendah dari orbital 2s,
dan orbital 2s berenergi sedikit lebih rendah dari orbital-orbital
2p)
Teori ikatan valensi memprediksikan,
berdasarkan pada keberadaan dua orbital p yang terisi
setengah, bahwa C akan membentuk dua ikatan kovalen, yaitu CH2. Namun,metilena adalah molekul yang sangat reaktif (lihat pula: karbena), sehingga
teori ikatan valensi saja tidak cukup untuk menjelaskan keberadaan CH4.
Lebih
lanjut lagi, orbital-orbital keadaan dasar tidak bisa digunakan untuk berikatan
dalam CH4. Walaupun eksitasi elektron 2s ke orbital 2p secara
teori mengizinkan empat ikatan dan sesuai dengan teori ikatan valensi (adalah
benar untuk O2), hal ini berarti akan ada beberapa ikatan CH4 yang
memiliki energi ikat yang berbeda oleh karena perbedaan aras tumpang tindih
orbital. Gagasan ini telah dibuktikan salah secara eksperimen, setiap hidrogen
pada CH4 dapat dilepaskan dari karbon dengan energi yang sama.
Untuk
menjelaskan keberadaan molekul CH4 ini, maka teori hibridisasi
digunakan. Langkah awal hibridisasi adalah eksitasi dari satu (atau lebih)
elektron:
Proton
yang membentuk inti atom hidrogen akan menarik salah satu elektron valensi
karbon. Hal ini menyebabkan eksitasi, memindahkan elektron 2s ke orbital 2p.
Hal ini meningkatkan pengaruh inti atom terhadap elektron-elektron valensi
dengan meningkatkan potensial inti efektif.
Kombinasi
gaya-gaya ini membentuk fungsi-fungsi matematika yang baru yang dikenal sebagai
orbital hibrid. Dalam kasus atom karbon yang berikatan dengan empat hidrogen,
orbital 2s (orbital inti hampir tidak pernah terlibat dalam ikatan)
"bergabung" dengan tiga orbital 2p membentuk hibrid
sp3 (dibaca s-p-tiga) menjadi
Pada
CH4, empat orbital hibrid sp3 bertumpang
tindih dengan orbital 1s hidrogen, menghasilkan empat ikatan sigma. Empat ikatan ini memiliki panjang dan kuat ikat
yang sama, sehingga sesuai dengan pengamatan.
Sebuah
pandangan alternatifnya adalah dengan memandang karbon sebagai anion C4−.
Dalam kasus ini, semua orbital karbon terisi:
Jika kita menrekombinasi orbital-orbital ini dengan
orbital-s 4 hidrogen (4 proton, H+) dan mengijinkan
pemisahan maksimum antara 4 hidrogen (yakni tetrahedal), maka kita bisa melihat
bahwa pada setiap orientasi orbital-orbital p, sebuah hidrogen
tunggal akan bertumpang tindih sebesar 25% dengan orbital-s C dan
75% dengan tiga orbital-p C. HaL ini sama dengan persentase relatif
antara s dan p dari orbital hibrid sp3 (25% s dan
75% p).
Menurut
teori hibridisasi orbital, elektron-elektron valensi metana seharusnya memiliki
tingkat energi yang sama, namun spektrum
fotoelekronnya [3] menunjukkan bahwa terdapat dua pita, satu pada
12,7 eV (satu pasangan elektron) dan saty
pada 23 eV (tiga pasangan elektron). Ketidakkonsistenan ini dapat dijelaskan
apabila kita menganggap adanya penggabungan orbital tambahan yang terjadi
ketika orbital-orbital sp3 bergabung dengan 4
orbital hidrogen.
Hibrid sp2
Senyawa
karbon ataupun molekul lainnya dapat dijelaskan seperti yang dijelaskan pada
metana. Misalnya etilena (C2H4)
yang memiliki ikatan rangkap dua di antara karbon-karbonnya. Struktur Kekule
metilena akan tampak seperti:
Ethene
Lewis Structure. Each C bonded to two hydrogens and one double bond between
them.
Karbon
akan melakukan hibridisasi sp2 karena
orbtial-orbital hibrid hanya akan membentuk ikatan sigma dan satu ikatan pi seperti yang disyaratkan untuk ikatan rangkap dua di antara karbon-karbon. Ikatan
hidrogen-karbon memiliki panjang dan kuat ikat yang sama. Hal ini sesuai dengan
data percobaan.
Dalam hibridisasi sp2,
orbital 2s hanya bergabung dengan dua orbital 2p:
membentuk 3 orbital sp2 dengan
satu orbital p tersisa. Dalam etilena, dua atom karbon membentuk sebuah ikatan
sigma dengan bertumpang tindih dengan dua orbital sp2karbon
lainnya dan setiap karbon membentuk dua ikatan kovalen dengan hidrogen dengan
tumpang tindih s-sp2 yang bersudut 120°.
Ikatan pi antara atom karbon tegak lurus dengan bidang molekul dan dibentuk
oleh tumpang tindih 2p-2p (namun, ikatan pi boleh terjadi
maupun tidak).
Jumlah
huruf p tidaklah seperlunya terbatas pada bilangan bulat,
yakni hibridisasi seperti sp2.5 juga dapat terjadi.
Dalam kasus ini, geometri orbital terdistorsi dari yang seharusnya. Sebagai
contoh, seperti yang dinyatakan dalam kaidah Bent,
sebuah ikatan cenderung untuk memiliki huruf-p yang lebih banyak
ketika ditujukan ke substituen yang lebih elektronegatif.
Hibrid sp
Ikatan
kimia dalam senyawa seperti alkuna dengan ikatan rangkap tiga
dijelaskan dengan hibridisasi sp.
Dalam model ini,
orbital 2s hanya bergabung dengan satu orbital-p, menghasilkan
dua orbital sp dan menyisakan dua orbital p.
Ikatan kimia dalam asetilena (etuna) terdiri dari
tumpang tindih sp-sp antara dua atom karbon membentuk
ikatan sigma, dan dua ikatan pi tambahan yang dibentuk oleh
tumpang tindih p-p. Setiap karbon juga berikatan dengan
hidrogen dengan tumpang tindih s-sp bersudut 180°.
Saya ingin menambahkan tentang sifat gelombang, yaitu:
BalasHapusCiri khas model atom mekanika gelombang yaitu :
-Gerakan elektron memiliki sifat gelombang, sehingga lintasannya (orbitnya) tidak stasioner seperti model Bohr, tetapi mengikuti penyelesaian kuadrat fungsi gelombang yang disebut orbital (bentuk tiga dimensi dari kebolehjadian paling besar ditemukannya elektron dengan keadaan tertentu dalam suatu atom)
-Bentuk dan ukuran orbital bergantung pada harga dari ketiga bilangan kuantumnya. (Elektron yang menempati orbital dinyatakan dalam bilangan kuantum tersebut)
-3Posisi elektron sejauh 0,529 Amstrong dari inti H menurut Bohr bukannya sesuatu yang pasti, tetapi boleh jadi merupakan peluang terbesar ditemukannya elektron
Selanjutnya, dalam pembentukan molekul orbital atom bertumpang tindih menghasilkan orbital molekul yakni fungsi gelombang elektron dalam molekul. Jumlah orbital molekul adalah jumlah atom dan orbital molekul ini diklasifikasikan menjadi orbital molekul ikatan, non-ikatan, atau antiikatan sesuai dengan besarnya partisipasi orbital itu dalam ikatan antar atom.
terimakasih sebelumnya kepada Nurrusalamia yang telah menambahkan postingan saya. karena masukannya telah menambah referensi saya.
Hapusassalamu'alaikum lukita sari . saya ingin bertanya apakah teori hibridasi hanya dapat untuk membuktikan CH4? jika tidak tolong berikan pembuktian yang lain. terima kasih
BalasHapuswaalaikumsalam wr. wb
Hapusterimakasih kepada fitri sulastri, saya akan mencoba menjawab:
Teori hibridisasi dipromosikan oleh kimiawan Linus Pauling[2] dalam menjelaskan struktur molekul seperti metana (CH4). Secara historis, konsep ini dikembangkan untuk sistem-sistem kimia yang sederhana, namun pendekatan ini selanjutnya diaplikasikan lebih luas, dan sekarang ini dianggap sebagai sebuah heuristik yang efektif untuk merasionalkan struktur senyawa organik.
Teori hibridisasi tidaklah sepraktis teori orbital molekul dalam hal perhitungan kuantitatif. Masalah-masalah pada hibridisasi terlihat jelas pada ikatan yang melibatkan orbital d, seperti yang terdapat pada kimia koordinasi dan kimia organologam. Walaupun skema hibridisasi pada logam transisi dapat digunakan, ia umumnya tidak akurat.
Sangatlah penting untuk dicatat bahwa orbital adalah sebuah model representasi dari tingkah laku elektron-elektron dalam molekul. Dalam kasus hibridisasi yang sederhana, pendekatan ini didasarkan pada orbital-orbital atom hidrogen. Orbital-orbital yang terhibridisasikan diasumsikan sebagai gabungan dari orbital-orbital atom yang bertumpang tindih satu sama lainnya dengan proporsi yang bervariasi. Orbital-orbital hidrogen digunakan sebagai dasar skema hibridisasi karena ia adalah salah satu dari sedikit orbital yang persamaan Schrödingernya memiliki penyelesaian analitis yang diketahui. Orbital-orbital ini kemudian diasumsikan terdistorsi sedikit untuk atom-atom yang lebih berat seperti karbon, nitrogen, dan oksigen. Dengan asumsi-asumsi ini, teori hibridisasi barulah dapat diaplikasikan. Perlu dicatat bahwa kita tidak memerlukan hibridisasi untuk menjelaskan molekul, namun untuk molekul-molekul yang terdiri dari karbon, nitrogen, dan oksigen, teori hibridisasi menjadikan penjelasan strukturnya lebih mudah.
Teori hibridisasi sering digunakan dalam kimia organik, biasanya digunakan untuk menjelaskan molekul yang terdiri dari atom C, N, dan O (kadang kala juga P dan S). Penjelasannya dimulai dari bagaimana sebuah ikatan terorganisasikan dalam metana.
saya mau menambah kan Dengan adanya teori gelombang dari elektron, maka kedudukan elektron sekeliling inti tak tertentu. Hal ini tercakup dalam Prinsip Ketaktentuan Heisenberg. Dalam tahun 1927 Heisenberg menunjukkan, bahwa nilai sepanjang pengamatan khas tak dapat ditentukan secara simultan dengan ketelitian tinggi. Contohnya adalah pasangan momentum dan kedudukan, dan pasangan energi dan waktu. Batas dalam ketelitian pengukuran fisik tertentu dinyatakan oleh hubungan:
BalasHapus∆q . ∆p > ħ/2 (2-4)
∆E . ∆t > ħ/2 (2-5)
ħ = h/2π; ∆q, ∆p, ∆E, ∆t ketaktentuan adalah berturut-turut dari kedudukan, momentum, energi dan waktu. Karena nilai ħ kecil, maka ketaktentuan ini tak dapat diamati untuk benda besar, tetapi sangat berarti bagi elektron, atom, dan molekul. Jadi ketaktentuan dari kedudukan elektron akan membawa serta ketaktentuan dalam momentum, sesuai dengan persamaan (2-4). Kedudukan dan momentum dari elektron memberikan informasi mengenai kebolehjadian menemukan elektron di sekeliling inti.
Keterbatasan dalam pengukuran tingkat energi elektron dalam atom dapat ditunjukkan sebagai berikut. Andaikan atom tereksitasi mengemisi radiasi elektromagnetik dan berpindah ke tingkat yang lebih stabil, maka atom-atom ini berumur panjang dan garis spektrumnya tajam. Bila atom tereksitasi berumur pendek, maka radiasi elektromagnetik mencakup daerah yang lebar dan garis kurang tajam. Nilai ketaktentuan ∆t lebih kecil dan ∆E besar karena perhubungan dengan ∆v lewat persamaan ∆E = h/∆v.
terimakasih kepada soni afriansyah yang telah menambahkan semoga bermanfaat.
HapusHai Lukita sari, terimakasih atas postinganny. saya ingin menambahkan SIFAT GELOMBANG yang saya ambil dari referensi buku (Fessenden & Fessenden.2005:44-47)
BalasHapusDalam 1923, Louise de Broglie, seorang mahasiswa prancis tingkat pasca sarjana , mengemukakan pendapatnya yang revolusioner bahwa electron mempunyai sifat gelombang dan sekaligus juga sifat partikel. Pendapat de Broglie mula-mula kurang diterima, tetapi pendapatnya merupakan benih yang kini tumbuh menjadi konsep mekanik kuantum mengenai gerak electron dan teori orbital molekul.
Mekanik kuantum adalah subjek matematik. Untuk dapat mengerti mengenai ikatan kovalen, maka hanya diperlukan hasil dari studi mekanik kuantum, dari pada persamaan matematiknya sendiri. Mula-mula akan dimulai dengan beberapa gelombang diam yang sederhana. Contohnya: jenis gelombang yang dihasilkan bila orang memetik senar, seperti senar gitar, yang kedua ujunya mati. Jenis gelombang ini menunjukkan gerak hanya dalam satu dimensi. Sebaliknya, gelombang diam yang disebabkan oleh pemukulan kepala drum adalah berdimensi dua, dan system gelombang electron adalah berdimensi tiga. Tinggi gelombang diam adalah amplitudonya, yang dapat mengarah ke atas (nilai positif) atau mengarah ke bawah (nilai negative) terhadap kedudukan istirhat senar. Kedudukan pada gelombang yang amplitudonya nol disebut simpul. Dan sesuai kedudukannya pada senar gitar yang tak bergerak bila senar bergetar. terimakasih:)
Terimakasih kepada rostalinda rumapea yang telah menambahkan semoga postingan nya bermanfaat.
Hapus