Minggu, 11 September 2016

TUGAS TERSTRUKTUR I

TUGAS TERSTRUKTUR
  1.  Menurut Louis de Broglie bahwa elektron mempunyai sifat gelomabang sekaligus juga partikel. Jelaskan keterkaitan dengan teori mekanika kuantum dan teori orbital molekul?

JAWAB:
Salah satu kelemahan dari teori atom Niels Bohr, yaitu tidak dapat menjelaskan mengapa elektron hanya boleh berada pada tingkat energi tertentu. Pertanyaan itu baru dapat dijelaskan setelah Louis de Broglie, seorang ahli fisika dari Perancis, mengemukakan gagasanya tentang gelombang materi.
Pada tahun 1924, Louis de Broglie, menjelaskan bahwa cahaya dapat berada dalam suasana tertentu yang terdiri dari partikel-partikel, kemungkinan berbentuk partikel pada suatu waktu sehingga untuk menghitung panjang gelombang satu partikel diperoleh:
Hipotesis de Broglie terbukti benar dengan ditemukannya sifat gelombang dari elektron. Elektron mempunyai sifat difraksi seperti halnya sinar–X. Sebagai akibat dari dualisme sifat elektron sebagai materi dan sebagai gelombang, maka lintasan elektron yang dikemukakan Bohr tidak dapat dibenarkan. Gelombang  tidak bergerak menurut suatu garis, melainkan menyebar pada suatu daerah tertentu.
Menurut model atom mekanika kuantum, gerakan elektron dalam mengelilingi inti atom memiliki sifat dualisme. Oleh karena gerakan elektron dalam mengelilingi inti memiliki sifat seperti gelombang maka persamaan gerak elektron dalam mengelilingi inti harus terkait dengan fungsi gelombang. Dengan kata lain, energi gerak (kinetik) elektron harus diungkapkan dalam bentuk persamaan fungsi gelombang.
Partikel yang bergerak memiliki sifat gelombang. Fakta yang mendukung teori ini adalah petir dan kilat. Pernahkan Anda mendengar bunyi petir dan melihat kilat ketika hujan turun? Manakah yang lebih dulu terjadi, kilat atau petir?
Kilat akan lebih dulu terjadi daripada petir. Kilat menunjukan sifat gelombang berbentuk cahaya, sedangkan petir menunjukan sifat pertikel berbentuk suara. Hipotesis de Broglie dibuktikan oleh C. Davidson an LH Giermer (Amerika Serikat) dan GP Thomas (Inggris).
Prinsip dualitas inilah menjadi titik pangkal berkembangnya mekanika kuantum oleh Erwin Schrodinge
 2.  Bila absorpsi sinar UV oleh ikatan rangkap menghasilkan promosi elektron ke orbital yang berenergi lebih tinggi. Transisi elektron manakah memerlukan energi terkecil bila sikloheksena berpindah ke tingkat tereksitasi?

JAWAB:
Pada daerah sinar uv-sinar tampak hanya melibatkan transisi elektron dari p ke p* dan n ke p*, sehingga senyawa yang dapat menunjukkan sifat absortivitasnya pada daerah ini hanya senyawa-senyawa yang memiliki transisi elektron dari p ke p* dan n ke p* saja. Dimana senyawa-senyawa tersebut merupakan senyawa-senyawa yang memiliki ikatan rangkap dengan panjang gelombang (l) >200 nm atau dengan kata lain senyawa tersebut memiliki gugus kromofor.
Spektrum elektron suatu molekul adalah hasil transisi antara dua tingkat energi elektron pada molekul tersebut.
Menurut Teori Orbital Molekul ketika molekul tereksitasi oleh energi yang terserap (sinar UV-Tampak). Elektron akan mengalami promosi dari orbital bonding ke antibonding.
Jenis transisi elektronik:
Transisi σ—>σ*
Ikatan sigma merupakan ikatan yang sangat kuat sehingga dibutuhkan energi yang tinggi untuk dapat melakukan transisi ini.
Senyawa organik yang terbentuk dari ikatan sigma (ikatan tunggal) tidak menunjukkan absorpsi di daerah normal ultraviolet (200 – 400 nm).
Senyawa hidrokarbon seperti CH4 (metana), CH3-CH2-CH3 (propana) mengalami transisi ini.
Transisi n—>σ*
Transisi jenis ini terjadi pada senyawa heteroatom berikatan tunggal yang terikat dengan atom yang memiliki pasangan elektron bebas seperti atom oksigen (O), atom-atom halogen (F, Cl, Br, I), atom nitrogen (N) dan sebagainya.
Senyawa-senyawa organik yang mengalami transisi ini diantaranya adalah eter, alkohol, alkil halida, amina dan sebagainya.
Transisi π—>π*
Transisi jenis ini terjadi pada molekul hidrokarbon tak jenuh atau molekul yang memiliki ikatan rangkap.
Energi yang dibutuhkan untuk melakukan eksitasi lebih kecil dibandingkan transisi sebelumnya, sehingga transisi ini terjadi pada panjang gelombang yang lebih besar
Senyawa-senyawa organik yang mengalami transisi ini diantaranya adalah senyawa alkena dan alkuna.
Transisi n—>π*
Transisi ini terjadi pada senyawa tak jenuh yang berikatan dengan atom yang memiliki pasangan elektron bebas.
Senyawa organik yang mengalami transisi ini diantaranya adalah senyawaan karbonil (C=O), nitril (C=N).
Pada umumnya senyawa yang mempunyai transisi σ—>σ* mengabsorpsi cahaya pada panjang gelombang sekitar 150 nm
Senyawa yang mempunyai transisi σ—>σ*  dan n—>σ*  (kromofor tak terkonjugasi) mengabsorpsi cahaya pada panjang gelombang sekitar 200 nm
Senyawa yang mempunyai transisi π—>π* dan n—>π*   mengabsorpsi cahaya pada panjang gelombang daerah ultraviolet kuarsa (200 – 400 nm)
Panjang gelombang sinar ultraviolet-visible berkisar antara 200 – 400 nm. Maka senyawa yang dapat dideteksi oleh spektrofotometer UV-Vis adalah senyawa yang mempunyai transisi π—>π* dan             n–>π*
Intensitas absorpsi yang disebabkan oleh transisi n—>π*   lebih kuat 10 – 100 kali intensitas yang disebabkan oleh transisi π—>π*


8 komentar:

  1. Saya hanya ingin menambahkan jawaban no 2, Disebut transisi elektronik karena elektron yang menempati satu orbital dengan energi terendah dapat berpindah ke orbital lain yang memiliki energi lebih tinggi jika menyerap energi, begitupun sebaliknya elektron dapatberpindah dari orbital yang memiliki energi lebih rendah jika melepaskan energi. Energi yang diterima atau diserap berupa radiasi elektromagnetik. UV mampu menyebabkan perpindahan elektron (promosi elektron) atau yang disebut transisi elektronik. Transisi elektronik dapat diartikan sebagai perpindahan elektron dari satu orbital ke orbital yang lain.
    Penyerapan sinar UV tampak menyebabkan terjadinya eksitasi molekul dari energy dasar ke energy yang lebih tinggi. Pengabsorbsian sinar UV tampak oleh suatu molkul menghasilkan eksitasi electron bonding. Akibatnya panjang gelombang Absorbsi maksimum dapat dikorelasi dengan jenis ikatan yang ada pada molekul yang diselidiki. Pada zat-zat pengabsorbsian ini berkaitan dengan tiga jenis transisi electron yaitu electron-elektron pi, sigma, dan n, yang meliputi molekul atau ion organic dan sejumlah anorganik.
    Jadi dapat disimpulkan Salah satu electron yang berpasangan berpromosi ke orbital yang lebih tinggi tingkat energinya sehingga jumlah electron yang tidak berpasangan sama dengan jumlah ikatan yang akan terbentuk. Atom yang sedemikian disebut dalam keadaan tereksitasi. Promosi yang mungkin adalah dari ns ken p dan ns ke ns ke nd atau (n-1)d.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih sebelumnya kepada lilis nurhayati yang telah menambahkan materi pada postingan saya, semoga bermanfaat.

      Hapus
  2. assalamu'alaikum wr.wb. saya frandi mardiansyah, saya ingin menambahkan sedikit mengenai jawaban nomor 1 diatas Perkembangan teori atom mekanika kuantum berawal dari penemuan Louis de Broglie (1924) tentang sifat elektron. Menurut de Broglie, elektron dapat bersifat sebagai partikel dan juga sebagai gelombang. Adanya sifat gelombang dari elektron ini menunjukkan bahwa elektron sebenarnya tidak bergerak dalam lintasan dengan tingkat energi tertentu, melainkan tersebar di dalam ruang atom.
    Gagasan ini adalah timbal balik daripada gagasan partikel cahaya yang dikemukakan Max Planck. Louis de Broglie meneliti keberadaan gelombang melalui eksperimen difraksi berkas elektron. Dari hasil penelitiannya inilah diusulkan “materi mempunyai sifat gelombang di samping partikel”, yang dikenal dengan prinsip dualitas.
    Sifat partikel dan gelombang suatu materi tidak tampak sekaligus, sifat yang tampak jelas tergantung pada perbandingan panjang gelombang de Broglie dengan dimensinya serta dimensi sesuatu yang berinteraksi dengannya. Pertikel yang bergerak memiliki sifat gelombang. Fakta yang mendukung teori ini adalah petir dan kilat. Kilat akan lebih dulu terjadi daripada petir. Kilat menunjukan sifat gelombang berbentuk cahaya, sedangkan petir menunjukan sifat pertikel berbentuk suara. Kelemahan dari teori atom Niels Bohr, yaitu tidak dapat menjelaskan mengapa elektron hanya boleh berada pada tingkat energi tertentu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. waalaikumsalam wr. wb,
      terimakasih sebelumnya kepada frandi mardiansyah yan telah menambahkan semoga bermanfaat.

      Hapus
  3. Mohon maaf sebelumnya, disini saya ingin bertanya mengapa dibutuhkan energi yang tinggi untuk melakukan Transisi σ—>σ* pada ikatan sigma? Terimakasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih kepada yasni oktriyani, saya akan mencoba untuk menjawab pertanyaannya, yaitu: karena Ikatan sigma merupakan ikatan yang sangat kuat sehingga dibutuhkan energi yang tinggi untuk dapat melakukan transisi ini.
      Senyawa organik yang terbentuk dari ikatan sigma (ikatan tunggal) tidak menunjukkan absorpsi di daerah normal ultraviolet (200 – 400 nm).
      Senyawa hidrokarbon seperti CH4 (metana), CH3-CH2-CH3 (propana) mengalami transisi ini.

      Hapus
  4. saya ingin menambahkan sedikit jawaban dari nomor 1. Mekanika kuantum sangat berguna untuk menjelaskan perilaku atom dan partikel subatomik seperti proton, neutron dan elektron yang tidak mematuhi hukum-hukum fisika klasik. Atom biasanya digambarkan sebagai sebuah sistem di mana elektron (yang bermuatan listrik negatif) beredar seputar nukleus atom (yang bermuatan listrik positif). Menurut mekanika kuantum, ketika sebuah elektron berpindah dari tingkat energi yang lebih tinggi (misalnya dari n=2 atau kulit atom ke-2 ) ke tingkat energi yang lebih rendah (misalnya n=1 atau kulit atom tingkat ke-1), energi berupa sebuah partikel cahaya yang disebut foton, dilepaskan.
    Pada tahun 1927, Werner Heisenberg mengemukakan bahwa posisi atau lokasi suatu elektron dalam atom tidak dapat ditentukan dengan pasti. Heisenberg berusaha menentukan sifat-sifat subatomik dan variabel yang digunakan untuk menentukan sifat atom. Sifat ini adalah kedudukan partikel (x) dan momentum (p). Kesimpulan dari hipotesisnya adalah bahwa pengukuran subatomik selalu terdapat ketidakpastian dan dirumuskan sebagai hasil kali antara ketidakpastian kedudukan (Δx) dengan ketidak pastian momentum (Δp).
    Kemungkinan (kebolehjadian) menemukan elektron pada suatu titik pada jarak tertentu dari intinya disebut sebagai Prinsip Ketidakpastian Heisenberg. Artinya gerakan lintasan elektron beserta kedudukannya tidak dapat diketahui dengan tepat.
    Dalam mekanika kuantum, model orbital atom digambarkan menyerupai “awan”. Beberapa orbital bergabung membentuk kelompok yang disebut Subkulit. Persamaan gelombang ( Ψ= psi) dari Erwin Schrodinger menghasilkan tiga bilangan gelombang (bilangan kuantum) untuk menyatakan kedudukan (tingkat energi, bentuk, serta orientasi) suatu orbital, yaitu: bilangan kuantum utama (n), bilangan kuantum azimut (l) dan bilangan kuantum magnetik (m).
    Orbital molekul ikatan memiliki energi yang lebih rendah dan kestabilan yang lebih rendah dibandingkan orbital-orbital atom pembentuknya.
    Orbital molekul antiikatan memiliki energi yg lebih tinggi dan kestabilan yang lebih rendah dibandingkan orbital-orbital atom pembentuknya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih kepada novani kurniaty yang telah menambahkan semoga bermanfaat.

      Hapus